Thursday, February 13, 2014

Cut Nyak Dien: Perempuan Pejuang yang Taat Agama


Cut Nyak Dien adalah pahlawan yang berasal dari Aceh. Ia lahir di Lampadang, Aceh Besar tahun 1850. Sejak kecil ia sudah biasa ikut dengan ayahnya, Nanta Setia, yang menjabat sebagai Ulebalang VI Mukim. Ayahnya orang Aceh keturunan Minangkabau.

Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Diharapkan setelah menikah, Cuk Nyak Dien bersama suaminya bisa mengusir penjajah.

Pada tahun 1873 meletus perang Aceh melawan Belanda. Dua tahun kemudian daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda. Cut Nyak Dien dan terpaksa mengungsi ke tempat lain bersama anaknya yang masih kecil. Suaminya terus berjuang sampai pada bulan Juni 1878, suami Cut Nyak Dien gugur sebagai pejuan di Gle Tarum.

Sejak saat itu, Cut Nyak Dien berjanji akan meneruskan perjuangan suaminya. Pada tahun itu juga perlawanan Cut Nyak Dien dan pasukannya dihadapi Belanda dengan berondongan meriam yang mereka tembak dari kapal-kapal mereka. Pertempuran berjalan dengan seru. Pasukan Aceh bergerak ke Aceh Besar. Dari sana mereka menyerang pos-pos Belanda sehingga para penjajah meninggalkannya.

Cut Nyak Dien sudah berjanji hanya akan menikah dengan seorang pejuang. Pada tahun 1880, ia menikah lagi dengan seorang pejuang yang bernama Teuku Umar, yang masih saudara sepupunya. Teuku Umar terkenal karena keberaniannya memimpin pasukan dan kecerdikannya.

Sepasang pejuang ini kini bekerja sama melawan penjajah. Kemudian, pada bulan agustus 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepada Belanda dan berpura-pura menjadi tentara Belanda. Ini bagian dari siasat Teuku Umar untuk mengetahui rahasia perang Belanda, dan juga untuk mencuri senjata.

Akan Tetapi, banyak oejuang Aceh yang bertanya-tanya. Maka Cut Nyak Dien mengusulkan agar suaminya keluar dari ketentaraan Belanda dan kembali berjuang terang-terangan bersama para pejuang Aceh. Usul ini diikuti suaminya.

Dalam pertempuran di Meulaboh, 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur sebagai pejuang. Sejak kematian suaminya itu, Cut Nyak Dien menggantikan suaminya sebagai pimpinan para pejuang.

Cut Nyak Dien tetap melakukan perang gerilya di berbagai daerah di Aceh. Sementara itu ia sudah semakin tua, matanya sudah tidak bisa melihat dengan jelas dan Cut Nyak Dien memiliki penyakit encok yang sering kumat. Pasukannya juga sudah berkurang karena banyak yang gugur atau bergabung dengan Belanda.

Keadaan Cut Nyak Dien yang sudah nenek-nenek itu membuat anak buahnya yang bernakma Pang Laot tidak tega. Maka ia melapor ke Belanda agar Cut Nyak Dien dapat menjalani hari tua dengan sedukit tenteram. Akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap Belanda.

Saat ditangkap, Cut Nyak Dien semoat menghunus rencongnya ke arah si pelapor, tapi dicegah oleh Belanda. Meski tetap khawatir akan perlawanannya, Belanda memperlakukan Cut Nyak Dien dengan baik. Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat dan meninggal penyakit tua pada tanggal 6 November 1908.

Satu hal yang patut dicontoh nih, anak-anak. Ibu kita Cut Nyak Dien tidak pernah meninggalkan shalatnya meski sedang berperang di hutan dan dalam keadaan sakit.

Kamu juga hebat seperti Ibu Cut Nyak Dien jika:
1.     Senang membantu orang tuamu
2.     Taat pada agama
3.     Berani memperjuangkan kebenaran
4.     Tidak mau bekerja sama dengan orang-orang jahay
5.     Tidak berpik karena kamu perempuan, maka kamu enggak bisa maju

Itulah kutipan kisah Cut Nyak Dien yang ada pada buku Ensiklopedia Anak Islam Jilid 4: Pahlawanku Berani karena Benar, yang ditulis oleh Bunda Ifa Avianty. Buku yang bagus untuk pengetahuan anak anda dengan sentuhan nuansa Islami. Terjual terpisah di toko buku Islam, atau bisa di beli secara online di toko buku islam online (toko buku pengetahuan Islam terbesar di Indonesia)


 Judul: Ensiklopedia Anak Muslim: Pahlawanku Berani Karena Benar
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Gema Insani
Harga: 80.750
Jumlah Halaman: 182 Halaman

No comments:

Post a Comment