Cut Nyak Dien adalah pahlawan yang berasal dari Aceh. Ia
lahir di Lampadang, Aceh Besar tahun 1850. Sejak kecil ia sudah biasa ikut
dengan ayahnya, Nanta Setia, yang menjabat sebagai Ulebalang VI Mukim. Ayahnya
orang Aceh keturunan Minangkabau.
Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan Teuku Cik Ibrahim
Lamnga. Diharapkan setelah menikah, Cuk Nyak Dien bersama suaminya bisa
mengusir penjajah.
Pada tahun 1873 meletus perang Aceh melawan Belanda. Dua
tahun kemudian daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda. Cut Nyak Dien dan
terpaksa mengungsi ke tempat lain bersama anaknya yang masih kecil. Suaminya
terus berjuang sampai pada bulan Juni 1878, suami Cut Nyak Dien gugur sebagai
pejuan di Gle Tarum.
Sejak saat itu, Cut Nyak Dien berjanji akan meneruskan
perjuangan suaminya. Pada tahun itu juga perlawanan Cut Nyak Dien dan
pasukannya dihadapi Belanda dengan berondongan meriam yang mereka tembak dari
kapal-kapal mereka. Pertempuran berjalan dengan seru. Pasukan Aceh bergerak ke
Aceh Besar. Dari sana mereka menyerang pos-pos Belanda sehingga para penjajah
meninggalkannya.
Cut Nyak Dien sudah berjanji hanya akan menikah dengan seorang pejuang. Pada tahun 1880, ia menikah lagi dengan seorang pejuang yang bernama Teuku Umar, yang masih saudara sepupunya. Teuku Umar terkenal karena keberaniannya memimpin pasukan dan kecerdikannya.
Sepasang pejuang ini kini bekerja sama melawan penjajah.
Kemudian, pada bulan agustus 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepada Belanda
dan berpura-pura menjadi tentara Belanda. Ini bagian dari siasat Teuku Umar
untuk mengetahui rahasia perang Belanda, dan juga untuk mencuri senjata.
Akan Tetapi, banyak oejuang Aceh yang bertanya-tanya. Maka
Cut Nyak Dien mengusulkan agar suaminya keluar dari ketentaraan Belanda dan
kembali berjuang terang-terangan bersama para pejuang Aceh. Usul ini diikuti
suaminya.
Dalam pertempuran di Meulaboh, 11 Februari 1899, Teuku Umar
gugur sebagai pejuang. Sejak kematian suaminya itu, Cut Nyak Dien menggantikan
suaminya sebagai pimpinan para pejuang.
Cut Nyak Dien tetap melakukan perang gerilya di berbagai
daerah di Aceh. Sementara itu ia sudah semakin tua, matanya sudah tidak bisa
melihat dengan jelas dan Cut Nyak Dien memiliki penyakit encok yang sering
kumat. Pasukannya juga sudah berkurang karena banyak yang gugur atau bergabung
dengan Belanda.
Keadaan Cut Nyak Dien yang sudah nenek-nenek itu membuat
anak buahnya yang bernakma Pang Laot tidak tega. Maka ia melapor ke Belanda
agar Cut Nyak Dien dapat menjalani hari tua dengan sedukit tenteram. Akhirnya
Cut Nyak Dien ditangkap Belanda.
Saat ditangkap, Cut Nyak Dien semoat menghunus rencongnya ke
arah si pelapor, tapi dicegah oleh Belanda. Meski tetap khawatir akan
perlawanannya, Belanda memperlakukan Cut Nyak Dien dengan baik. Cut Nyak Dien
dibuang ke Sumedang, Jawa Barat dan meninggal penyakit tua pada tanggal 6
November 1908.
Satu hal yang patut dicontoh nih, anak-anak. Ibu kita Cut
Nyak Dien tidak pernah meninggalkan shalatnya meski sedang berperang di hutan
dan dalam keadaan sakit.
Kamu juga hebat seperti Ibu Cut Nyak Dien jika:
1.
Senang membantu orang tuamu
2.
Taat pada agama
3.
Berani memperjuangkan kebenaran
4.
Tidak mau bekerja sama dengan orang-orang jahay
5.
Tidak berpik karena kamu perempuan, maka kamu
enggak bisa maju
Itulah kutipan kisah Cut Nyak Dien yang ada pada buku
Ensiklopedia Anak Islam Jilid 4: Pahlawanku Berani karena Benar, yang ditulis oleh Bunda Ifa
Avianty. Buku yang bagus untuk pengetahuan anak anda dengan sentuhan nuansa
Islami. Terjual terpisah di toko buku Islam, atau bisa di beli secara online di
toko buku islam online (toko buku pengetahuan Islam terbesar di Indonesia)
Judul: Ensiklopedia
Anak Muslim: Pahlawanku Berani Karena Benar
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Gema Insani
Harga: 80.750
Jumlah Halaman: 182 Halaman
No comments:
Post a Comment